smoga bermanfaat ;)
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Salah
satu bentuk pengakuan bahwa bidang pengetahuan disebut Ilmu pengetahuan adalah
karena bidang itu diterima di dunia akademik dan dikaji secara disipliner dalam
wadah program studi/jurusan/fakultas. Dilihat dari sisi lain, ilmu dakwah suda
diakui masyarakat ilmiah sejak dibukanya jurusan dakwah pada Fakultas
Ushuluddin al-Azhar pada 1942 dan dterbitkannya karya Ilmiah Syekh Ali Makhfudz
yang berjudul Hidayah al-Mursyidin.
Dakwah
tidak hanya dilihat sebagai kegiatan tabligh tetapi juga pembangunan umat dalam
bentuk pengembangan masyarakat Islam. Demikian juga, dakwah bukan lagi kegiatan
yang hanya dilihat sebagai aktivitas pribadi melainkan aktivitas jama’ah yang
memerlukan organisasi yang kuat dengan sistem pengelolaan yang lebih
profesional dalam bentuk manajemen dakwah Islam. Kajian dakwah bukan
lagi hanya dilihat sebagai kegiatan atau seni tetapi sebagai fenomena keilmuan
yang didekati dengan epistemologi yang
lebih jelas.
Dalam
kerangka epistemiknya, ilmu dakwah dipahami sebagai teoristik dan terapan Islam untuk menumbuhkan,
menata, dan merekayasa masa depan kehidupan umat. Karena itu ilmu dakwah
merupakan ilmu sosial
islam yang menjelaskan
kehidupan umat islam
dibangun sesuai dengan paradigma
dan sistem nilai islam.1
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian Manajemen Dakwah
Kata
Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki
arti "seni melaksanakan dan mengatur.[2]
Sedangkan, Dakwah sendiri yang kita ketahui artinya mengajak, menyeru
umat untuk ke jalan kebenaran beramal melaksanakan perintah Allah dan menjauhi
larangan-Nya agar menjadi masyarakat yang madani. Kegiatan
dakwah merupakan kewajiban untuk semua umat muslim di dunia. Kegiatan berdakwah
tidak hanya dilakukan melalui ceramah saja. Tapi banyak cara untuk melakukan
dakwah, bahkan media elektronik on-line seperti internet sekalipun bisa
dijadikan untuk media dakwah bagi kaum muslim sekarang ini. Seiring dengan
perkembangan zaman, manusia dari hari ke hari semakin tidak menentu keadaanya
baik itu segi moralitas keagamaan maupun kehidupan sosial, ekonomi atau
politik. Jadi sudah sepantasnya masyarakat muslim ini untuk banyak melakukan
dakwah baik secara lisan, tulisan, melalui media, dan alat yang menunjang untuk
berdakwah lainnya. Sehingga dengan dilakukannya dakwah setidaknya dapat
memperbaiki keimanan individu, kelompok ataupun masyarakat pada umumnya.[3]
Manajemen
dakwah adalah terminologi yang terdiri dari dua kata, yakni manajemen dan
dakwah. Kedua kata ini berangkat dari dua disiplin
ilmu yang sangat berbeda sama sekali. Isitilah yang pertama, berangkat dari
disiplin Ilmu Ekonomi. Prinsipnya adalah dengan modal yang sekecil-kecilnya
untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Manajemen sebagai ilmu
pengetahuan (management as a science) adalah bersifat interdisipliner yang mana
mempergunakan bantuan dari ilmu-ilmu sosial, filsafat dan matematika.[4] Semetara
itu, istilah yang kedua
berasal dari lingkungan agama,
yakni Ilmu Dakwah. Ilmu ini diletakkan di atas prinsip, ajakan menuju
keselamatan dunia dan akhirat, tanpa paksaan dan intimidasi serta tanpa bujukan
material.
- Syarat-syarat Sebuah Displin Ilmu
Syarat-syarat
tersebut adalah :
1.
Ilmu harus mempunyai objek
Objek ilmu adalah sesuatu yang
dibahs atau dipelajari dan dideskripsikan secara lengkap dan dapat
dipertanggungajawabkan. Obyek ilmu dapat dibedakan sebagai berikut :
a.
Objek Material, yakni sesuatu yang bersifat nyata yang diselidiki dan
dideskripsikan oleh ilmu. Obyek material ilmu banyak yang sama, sehingga tidak
membedakan ilmu yang satu dengan yang ilmu yang lain, sebagai disiplin ilmu
yang berdiri sendiri.[5]
Obyek material manajemen dakwah adalah umat manusia secara keseluruhan.
Maksudnya, sesuai tujuan dakwah bahwa bukan saja umat Islam (muslim) yang
menjadi obyeknya, tetapi juga seluruh umat manusia (berarti termasuk di
dalamnya non-muslim). Obyek material itu sama dengan banyak dsiplin ilmu
lainnya, seperti psikologi, ilmu hukum, sosiologi, ilmu ekonomi, ilmu
pendidikan dan lain-lain. Dengan kata lain obyek material bukan yang memberikan
ciri-ciri yang khas bagi satu disiplin ilmu.[6]
b.
Objek formal, yakni aspek khusus/tertentu pada obyek material yang
diselidiki dan dideskripsikan oleh suatu ilmu. Obyek formal tidak sama anatara
ilmu yang satu dengan yang lainnya, sehingga menjadi faktor utama yang
membedakannya sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri.[7]
Objek formalnya manajemen dakwah : mengkaji dan mempelajari bagaimana mengajak
umat manusia agar masuk dalam sistem Islam dalam semua segi kehidupan. Bentuk
kegiatan mengajak tersebut, terdiri secara lisan (komunikasi), tulisan
(jurnalisme) dan aksi sosial. Inilah karakteristik yang spesifik yang
membedakan dakwah dari ilmu-ilmu Islam lainya (Ulumul Qur’an, Ulum al-hadits,
Fiqh, dan lain-lain) yaitu mempelajari dan mengkaji bagaimana mengajak umat
manusia kepada jalan Islam. Rumusan ini dijabarkan lagi maka obyek formal dakwah dapat
dirinci berikut ini: Proses penyampaian ajaran Islam
kepada umat manusia, hubungan antara unsur-unsur dakwah, proses keagamaan pada diri manusia.
2.
Ilmu harus mempunyai metode
Ilmu harus obyektif yang berarti
harus mampu mengungkapkan obyeknya sesuai dengan keadaan sebenarnya. Kesesuaia
antara materi yang diungkapkan imu dengan obyeknya disebut obyektivitas. Untuk
itu diperlukan metode sebagai prosedur kerja dalam mengungkapkan keadaan
obyeknya. Metode itu harus memberikan jaminan yang tigggi untuk menghasilkan
data/informasi dan penjelasannya sebagai kebenaran yang bernilai ilmiah.
Prosedur dan cara bekrja itu disebut metode keilmuan, yang mampu menghasilkan
pengetahuan yang sesuai dengan kenyataan yang diungkapkan mengenai obyeknya.
Metode keilmuan harus merupakan cara kerja yang terarah, teratur, tertib dan
benar. Metode keilmuan ini dibagi terdiri dari dua bagian besar, yakni prosedur
dan cara kerja melalui penelitian, sedang yang lain adalah prosedur dan cara
kerja melalui proses berfikir ilmiah yang bersifat rasional, analitis dan
logis.
Metode yang dipergunakan untk
mengungkapkan berbagai disiplin ilmu, bukanlah merupakan ciri-ciri yang
memberdakannya satu dengan yang lain. Kenyataan itu berarti juga persyaratan
bahwa ilmu harus memiliki metode, bukanlah dimaksud metodenya harus berbeda
satu dengan yang lain. Persyaratan ilmu harus mempunyai metode, maksudnya adlah
bahwa prosedur dan cara kerja satu ilmu dalam mengungkapkan obyeknya, harus
mampu menghasilkan pengetahuan tentang obyeknya itu secara lengkap, benar/tepat
dan obyektif.
3.
Ilmu harus sistematik
Deskripsi pengetahuan yang
diungkapkan mengenai obyeknya sebagai kebenaran, harus jelas dan teratur
urutan-urutannya, serta jenis pula hubungan bagian yang satu dengan bagian
lainnya. Disamping itu, deskripsi materinya harus terpadu secara harmonis,
sebagai kebulatan yang sistematis atau bersistem.
4.
Ilmu haryus bersifat universal
Sifat universal bermakna bahwa hasi
mengungkapkan obyeknya harus merupakan kebenaran yang berlaku umum, tidak
sekedar mengenai sesuatu yang tertentu atau bukan hanya untuk sesuatu yang
bersifat individual atau khusus. Teori-teori, hukum-hukum, dalil-dalil dan
generalisasi-generalisasi yang dirumuskan ilmu, tidak dibatasi oleh tempat dan
waktu, sehingga selalu dapat dimanfaatkan dan didayagunakan kapan dan dimanapun
sesuai dengan obyeknya.[8]
Dari uraian-uraian diatas
perlu ditegaskan sekali lagi bahwa obyek material, metode, sistematika dan sifat universal berbagi
disiplin ilmu mungkin saja sama, sehingga tidak dapat dijadikan faktor yang
dapat mebeda-bedakannya antara satu dengan yang lain. Dengan kata lain faktor
tersebut bukan merupakan faktor yang memberikan
ciri-ciri sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Faktor utama yang
mebedakan disiplin ilmu tersebut sebagai ilmu yang berdiri sendiri adalah obyek
formalmya.
Sehubungan dengan itu
dilihat dari segi obyeknya material, secara garis besarnya dapat dibedakan
anatara dua displin ilmu. Kedua disiplin ilmu itu adalah:
a. Ilmu-ilmu sosial, yakni obyeknya adalah manusia dan
segala yang dipengaruhi manusia. Teori-teori, hukum-hukum, dalil-dalil,
definisi-definisi dan lain-lain di dalam ilmu sosial bersifat relatif dan
kurang pasti. Oleh karena itu, disiplin ilmu ini selalu berkembang dan bergerak
maju secara dinamis. Teori-teori, hukum-hukumnya dan lain-lain seperti
disebutkan diatas, pada dasarnya merupakan hipotesis ilmiah. Dengan demikian
teori-teori, hukum0hukum, dan lain-lain selalu mungkin berubah, berkembang dan
disempurnakan, terutama jika ada bukti-bukti ilmiah baru yang menyatakan
ketidak beneran, kekeliruan atau ketidak sempurnaannya.
b. Ilmu-ilmu alam, yakni yang obyeknya benda-benda alam yang
tidak dipengaruhi oleh manusia. Teori-teori, hukum-hukum, aksioma-aksioma, dalil-dalil,
dan lain-lain yang dihasilkan secara relatif bersifat pasti. Oleh karena itu
ilmu-ilmu ini disebut juga ilmu pasti atau Eksata. Namun harus diakui bahwa
diantaranya terapat juga disilplin ilmu ini yang obyeknya adalah manusia. Namun
dalam mempelajari obyeknya ilmu diperlakukan sebagai benda alam, yang tidak
dapat dipengaruhi oleh manusia. Misalnya Ilmu Kedokteran dan Biologi (termasuk
ilmu urai tubuh).[9]
D. Unsur-unsur Manajemen Dakwah
Secara khusus, manajemen dakwah bertujuan menyiapkan
ilmuan dakwah yang bermoral tinggi serta memiliki keterampilan sebagai manajer
dalam mengelola lembaga-lembaga dakwah dan kemasyarakatan dengan pendekatan
manajemen secara professional. Didalam suatu manajemen pasti terdapat
unsur-unsur pendorongnya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam usaha
bersama untuk mencapi tujuan tersebut digunakan unsur manajemen dakwah sebagai
berikut :
a. Men, yaitu tenaga kerja manusia baik tenaga kerja eklusif
mauoun operatif. Manusia dalam proses dakwah merupakan pelaksana dakwah atau
subjek dakwah dan juga orang-orang yang secara langusng berhadapan dengan
masyarakat seperti mubaligh dan khatib.
b. Money, yaitu uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
yang diharapkan. Uang yang digunakan untuk melengkapi kebutuhan diperlukan
dalam manajemen seperti upah melengkapi kebutuhan yang diperlukan dalam
manajemen seperti untuk upah/gaji karyawan. Dalam kegiatan dakwah adanya uang
termasuk media dakwah. Media dakwah adalah alat yang objektif yang menjadi
salauran yang menghubungkan ide dengan umat, suaut elemen yang vital dan
merupakan ural nadi dalam menyampaikan dakwah.[10]
c. Method, yaitu cara yang digunakan dalam usaha mencapai
tujuan. Tercapai atau tidaknya ditentukan oleh metode mana yang digunakan dalam
suatu organisasi. Dalam kegiatan dakwah, metode dakwah dapat dilihat dari tiga
sisi yaitu sisi objek, subjek, dan
materi.
d. Material, yakni bahan-bahan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Materi dalam manajemen dakwah adalah ajaran
itu sendiri yang berpegang kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Sumber utama dan utama
dakwah adalah ilmu-ilmu agama islam, dasar pokok utama adalah tauhid, sedangkan
sumber suci murni adalah Al-Qur’an dan Sunnah, sumber kedua untuk dakwah ialah
ilmu-ilmu umum seperti sejarah umum.
e. Machines, yakni alat-alat yang digunakan untuk mencapat
tujuan. Seperti media dakwah yaitu media cetak dan media elektronik termasuk
didalamnya radio, televisi, internet.
f. Market, yakni tempat menjual ouput dan produk-produk yang
dihasilkan. Sedangkan dalam proses dakwah yang disebut objek dakwah adalah
orang-orang yang menerima dakwah atau yang menjadi sasaran dakwah itu sendiri
baik secara indivindu, kelompok maupun masyarakat umum.[11]
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Dakwah
tidak hanya dilihat sebagai kegiatan tabligh tetapi juga pembangunan umat dalam
bentuk pengembangan masyarakat Islam. Demikian juga, dakwah bukan lagi kegiatan
yang hanya dilihat sebagai aktivitas pribadi melainkan aktivitas jama’ah yang
memerlukan organisasi yang kuat dengan sistem pengelolaan yang lebih
profesional dalam bentuk manajemen dakwah Islam. Kajian dakwah bukan lagi hanya
dilihat sebagai kegiatan atau seni tetapi sebagai fenomena keilmuan yang
didekati dengan epistemologi yang lebih
jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Nawai, Hadari dan
Martini hadari. 1994. Ilmu
administrasi : Ghalia Indonesia. Jakarta.
Zaini, Muchtarom. 1996. Dasar-dasar manajemen dakwah :
kurnia kalam semesta. Yogyakarta.
http://farelbae.wordpress.com/agama/dasar-dasar-ilmu-dakwah.
http://firmanaidin.blogspot.com/2010/01/manajemen-sebagai-ilmu-dan-seni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar